nyssenate31.com – Georgetown, Guyana – Hampir setengah abad setelah tragedi bunuh diri massal terbesar dalam sejarah modern, bekas komune Jonestown di Guyana kini tengah dipertimbangkan untuk dibuka sebagai objek wisata. Rencana ini menuai beragam reaksi, mulai dari dukungan hingga kritik tajam dari berbagai pihak.
Sejarah Kelam Jonestown
Jonestown, yang secara resmi dikenal sebagai Peoples Temple Commune, menjadi terkenal setelah tragedi 18 November 1978, di mana lebih dari 900 orang, termasuk ratusan anak-anak, tewas dalam bunuh diri massal yang diperintahkan oleh pemimpin sekte Jim Jones. Para pengikutnya diminta untuk meminum minuman beracun yang diberikan pertama kali kepada anak-anak. Tragedi ini juga melibatkan pembunuhan anggota Kongres AS Leo Ryan dan beberapa orang lainnya di bandara Port Kaituma sehari sebelumnya123.
Rencana Pembukaan sebagai Objek Wisata
Rencana untuk membuka Jonestown sebagai objek wisata didukung oleh operator tur yang didukung pemerintah Guyana. Lokasi ini, yang kini ditumbuhi tanaman hijau lebat, akan dibuka untuk para pengunjung yang ingin melihat langsung tempat terjadinya tragedi tersebut. Rencana ini termasuk perjalanan ke desa terpencil Port Sbobet88 Kaituma yang hanya dapat diakses melalui perahu, helikopter, atau pesawat, dan kemudian melanjutkan perjalanan sekitar 6 mil melalui hutan lebat menuju bekas komune Jonestown123.
Kritik dan Dukungan
Rencana ini menuai kritik dari banyak pihak yang beranggapan bahwa langkah tersebut akan mengabaikan penghormatan terhadap para korban dan mengungkit kembali kenangan kelam masa lalu. Mantan pengikut Jim Jones, Jordan Vilchez, yang kehilangan dua saudara perempuan dan dua keponakannya dalam tragedi tersebut, mengungkapkan perasaan campur aduknya. Ia berharap tur tersebut bisa dilakukan dengan cara yang menghormati para korban dan memberikan konteks yang tepat mengenai bagaimana begitu banyak orang tertarik ke Guyana dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik123.
Profesor hukum di Universitas Guyana, Neville Bissember, juga mengkritik rencana tur tersebut sebagai hal yang mengerikan dan aneh. Ia mempertanyakan apa yang sebenarnya bisa dipelajari tentang budaya dan alam Guyana dari situs tempat terjadinya bunuh diri massal tersebut123.
Di sisi lain, beberapa pihak mendukung rencana ini dengan alasan bahwa Jonestown harus dikembangkan menjadi situs warisan untuk mengenang tragedi tersebut. Menteri Pariwisata Guyana, Oneidge Walrond, mengonfirmasi bahwa pemerintah mendukung ide tersebut meski menyadari adanya penolakan dari sebagian kalangan masyarakat. Ia menambahkan bahwa pemerintah telah melakukan upaya untuk membersihkan kawasan tersebut agar dapat dipasarkan dengan lebih baik sebagai produk wisata123.
Perspektif Internasional
Beberapa pihak yang mendukung berpendapat bahwa Jonestown harus dikembangkan agar pengunjung bisa memahami sejarahnya dengan lebih baik. Salah satunya adalah Astill Paul, seorang kopilot yang menyaksikan langsung pembunuhan anggota DPR AS Leo J. Ryan dan empat orang lainnya pada 18 November 1978, sehari sebelum tragedi bunuh diri massal terjadi. Paul berpendapat bahwa kawasan tersebut perlu dikembangkan agar pengunjung bisa memahami sejarahnya dengan lebih baik123.
Kesimpulan
Rencana untuk membuka bekas komune Jonestown sebagai objek wisata adalah topik yang sangat kontroversial. Meskipun ada dukungan dari pemerintah dan beberapa pihak yang melihat potensi edukasi dari situs ini, banyak yang mengkritik rencana tersebut sebagai tindakan yang tidak menghormati para korban. Bagaimana pun, keputusan akhir akan sangat mempengaruhi bagaimana sejarah kelam ini diingat dan dipelajari oleh generasi mendatang.